Prekuel RHDPK #6

Satu lagi rentang bagian kisah seram prekuel “Rumah hantu di perkebunan karet” atau RHDPK terungkap. Seramnya makin menjadi, ngerinya sampai ke hati.

Simak petualangan Yudar selanjutnya, hanya di sini, di Briistory..

***

Gemuruh mulai terdengar, langit yang sejak tadi sudah kelihatan gelap sekarang makin menghitam. Masih jam lima sore, seharusnya matahari masih menyinari dataran bumi, tapi gak kali ini, ditambah rindang pepohonan suasana gelapnya makin menjadi.

Kayuhan Yudar pada pedal sepedanya makin cepat, sambil sesekali melirik ke atas, berharap gelayutan air di awan jangan dulu tumpah.

“Duh, semoga keburu sampai rumah sebelum hujan.” Yudar berharap cemas.

Bukan tanpa sengaja kalau Yudar masih dalam perjalanan pulang ke rumah di penghujung hari seperti ini, memang sudah jadi kebiasaan rutin kalau setiap hari selasa dia menjual hasil kebun ke kota, sekalian juga membeli keperluan rumah. Tapi mungkin hari ini sedikit di luar kebiasaan, biasanya paling telat jam empat Yudar sudah di rumah, tapi kali ini kebetulan tadi sempat bertemu dengan teman sekolah dan berbincang hingga lupa waktu.

Sebenarnya sudah beberapa kali Yudar berjanji kepada Neneknya untuk gak akan pulang terlalu sore seperti ini, dia berjanji sebelum jam empat sore sudah sampai rumah. Tapi ya itu tadi, hari ini Yudar lupa waktu lagi, akibatnya dia harus menemui jalan pulang berbalapan dengan turunnya hujan.

Sesekali kilatan-kilatan cahaya petir mulai muncul mengagetkan mata, walaupun hanya sepersekian detik namun cukup mengubah gelap jadi terang, rentang pandang  jadi bisa melihat isi hutan. Tentu saja, gemuruh suara petir langsung muncul menggelegar beberapa detik setelah kilatan cahayanya.

Yudar makin cemas melihat itu semua.

Jalur pulang dari kota ke desa memang cukup menantang, Yudar harus menembus rindangnya pepohonan di hutan pedalaman, ditambah kontur jalan tanah yang banyak tanjakan turunan, kanan kiri dipenuhi semak belukar yang kadang tingginya mencapai lebih dari tinggi tubuh orang dewasa. Kalau ditambah hujan, otomatis jalanan akan jadi licin.

Gak ada angin sama sekali, semua pepohonan nyaris diam tanpa pergerakan, 

Sementara, langit semakin gelap, sepertinya awan gak bisa lebih lama lagi menahan air supaya gak turun. Benar, akhirnya rintik hujan mulai berjatuhan, sedikit demi sedikit.

Tetesan air sesekali jatuh di tubuh Yudar, wajah dan tangan gak tertutup pakaian yang paling pertama merasakan.

“Yaaahh, mulai gerimis.” Keluh Yudar.

Ya, akhirnya hujan mulai turun, ketika Yudar masih jauh dari rumah, di tengah hutan belantara.

Kayuhan masih tetap cepat, namun kali ini Yudar harus tambah jeli dan berhati-hati karena jalanan mulai basah.

Gerimis kecil berangsur berubah jadi agak besar, tapi walaupun begitu Yudar memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan.

Image by Elias Sch. from Pixabay

Gelapnya keadaan dan situasi yang gak memungkinkan untuk menyalakan obor, membuat Yudar hanya mengandalkan naluri dan ingatan untuk menyusuri hutan. Tapi, Kilatan-kilatan cahaya petir yang sesekali muncul bisa menerangi gelap sepersekian detik, cukup membantu melihat jalan.

Dan benar, gerimis mulai berubah jadi hujan sedang menjurus besar, buliran air yang sebelumnya kecil berganti jadi guyuran deras.

Tubuh dan pakaian Yudar mulai basah, namun gak juga menyurutkan niat untuk terus melanjutkan perjalanan. Selama masih bisa melihat jalan, Yudah gak akan berhenti mengayuh sepedanya.

***

Hujan deras.

Kilatan-kilatan cahaya terus muncul dari langit.

Gemuruh petir bersahutan.

Sering kali Yudar menyeka wajahnya, membersihkan mata dari air untuk memperjelas pandangan. Menurut perhitungannya, gak lama lagi akan sampai di Sindang Hulu, setelah sudah cukup lama berjalan menembus hutan, makanya dia memutuskan untuk gak berhenti berjalan untuk berteduh menghindari derasnya hujan.

Tapi, sepeda gak bisa berjalan cepat ketika hujan lebat seperti ini, gak mungkin.

Sialnya, niat Yudar untuk cepat sampai rumah jadi makin terhambat oleh keadaan, hujan bukannya mereda malah makin besar dan deras. Yudar semakin tersiksa, ditambah hari sudah gelap total, dia jadi makin gak bisa melihat jalan.

Sampai akhirnya, pada satu bagian jalan yang menurun sepeda terpeleset, Yudar terjatuh terjermbab.

Gak ada luka, sukurlah, namun Yudar tetap harus berhenti sebentar.

“Gila, hujannya deras sekali, aku jadi gak bisa melihat jalan.” Begitu pikir Yudar dalam hati.

Tapi memang begitu adanya, keadaannya memang seperti itu, sama sekali Yudar gak bisa melihat jalan.

“Sepertinya aku harus berhenti sebentar, menunggu hujan sedikit reda.”

Melihat sekitar, Yudar coba mencari tempat berhenti untuk berteduh. Tapi tanpa hasil, di sekeliling hanya ada pepohonan. Ya sudah, Yudar akhirnya memilih untuk berteduh di salah satu pohon besar yang jaraknya sekitar 10 meter dari jalan, kemudian Yudar berjalan sambil mendorong sepeda menuju pohon itu.

Untungnya, di dekat pohon besar ini ada bertumbuh beberapa pohon pisang, dengan begitu Yudar bisa mengambil daunnya untuk jadi payung darurat.

Dalam kegelapan hutan yang sedang hujan lebat, di bawah pohon besar, Yudar berpayung daun pisang..

Beberapa saat lamanya Yudar berdiam seperti itu, sambil terus berharap hujan akan reda.

Tapi ternyata cukup lama, hujan terus lebat dan malah lebih deras.

Mungkin kira-kira satu jam lamanya..

***

“Ah, mulai reda, nih. Sukurlah..”

Melihat intensitas air turun tiba-tiba mulai berkurang, Yudar lalu berniat untuk melanjutkan lagi perjalanannya. Dia langsung berjalan sambil menuntun sepedanya menuju jalan setapak. Sementara kilatan-kilatan cahaya langit masih sering muncul diiringi gemuruh petir yang suaranya gak sekeras sebelum hujan tadi.

Kilatan-kilatan petir yang sesekali muncul itu sedikit memberi penerangan, me

luaskan penglihatan jadi bisa memandang agak jauh. Kilatan-kilatan inilah yang akhirnya jadi awal dari pemandangan seram yang akan Yudar lihat dalam beberapa menit ke depan.

Iya, pemandangan seram..

Ketika sedang berjalan mendekat ke jalan setapak, tiba-tiba kilatan cahaya petir menerangi seisi hutan. Keadaan yang gelap pekat, jadi terang walau hanya sepersekian detik. Ketika kilatan cahaya menerangi pertama kali, Yudar merasa kalau ada sosok yang sedang berjalan di kejauhan, di sisi sebelah kanan dari tempat Yudar sedang berdiri. Tapi saat itu dia belum bisa melihatnya dengan jelas, karena hanya sepersekian detik terangnya.

Penasaran, Yudar lalu berhenti sebentar untuk coba memperhatikan lagi siapa yang sedang berjalan itu. Mungkin saja itu orang lain yang kebetulan menuju jalan sama dengannya, Yudar berharap seperti itu.

Beberapa detik kemudian, kilatan cahaya petir muncul lagi, kali ini agak lama, dua atau tiga detik, waktu yang cukup membantu Yudar untuk melihat dengan jelas..

Setelah kilatan itu, Yudar malah kemudian mundur perlahan manjauhi jalan setapak, mendekat lagi ke pohon besar yang jadi tempat berteduh sebelumnya. Ada apa?

Ternyata, ada yang membuat Yudar tiba-tiba ketakutan.

Ketika sudah berada di pinggir jalan tadi, ketika ada cahaya kilatan petir, beberapa detik Yudar melihat dengan jelas bentuk dari sosok yang sedang berjalan mendekat di kejauhan itu.

Sosok itu sangat menyeramkan buat Yudar, kelihatan dari bentuknya Yudar merasa kalau dia pernah melihat sosok ini sebelumnya.

Sosok tinggi besar, hitam seperti bayangan.

Iya, bentuknya sama persis dengan mahluk menyeramkan yang Yudar lihat beberapa hari yang lalu, ketika tengah malam pulang dari rumah Umay.

Karena itulah Yudar jadi sangat ketakutan, lalu memutuskan untuk menunda pulang, memilih untuk kembali menuju pohon besar untuk mencoba sembunyi.

Sementara hujan masih turun walau gak deras, Yudar akhirnya kembali sudah berada di bawah pohon besar, namun kali ini dia berdiri di belakangnya, bersembunyi.

Kilatan-kilatan petir jadi semakin sering, entah kenapa, cahayanya membuat Yudar bisa terus memperhatikan situasi, mengintip dari balik pohon.

Tubuh Yudar gemetar, ketika akhirnya yang dia tebak sebelumnya ternyata benar, ada sosok seram yang sedang berjalan menyusuri jalan setapak.

Oh, bukan. Ternyata sosok tinggi besar itu bukan sekadar berjalan, melainkan bergerak melayang, namun kakinya tetap bergerak layaknya orang sedang melangkah.

Kali ini Yudar melihatnya sangat jelas, tinggi besar, mengenakan jubah panjang berwarna gelap, sungguh sangat menyeramkan..

Sosok ini bergerak menyusuri jalan menuju desa Sindang Hulu, tujuan Yudar pulang.

Gerimis terus turun, kilatan cahaya petir juga masih ada, mengiringi pergerakan sosok itu.

Hingga akhirnya, sosok pertama hilang dalam gelap hutan, hilang dari pandangan.

Sosok pertama?

Iya, ternyata beberapa meter di belakang sosok seram tadi ada sosok berikutnya dengan bentuk yang sama, tinggi besar, hitam seperti bayangan, berjalan melayang juga.

Yudar semakin ketakutan, namun tetap penasaran dengan terus mengintip dari balik pohon, mengamati.

***

Baca juga:

Sekali lagi, ditambah dengan hujan yang masih saja turun, dan kilatan-kilatan cahaya petir makin membuat seram suasana, serpihan terang beberapa detik menjadikan sosok itu dengan semua pergerakannya jadi jelas terlihat.

Jubah panjangnya bergoyang tertiup angin yang datang dari arah berlawanan, dan kalau diperhatikan lebih seksama, Yudar dapat mendengar suara yang timbul dalam senyap, “Sssssssss…”, kira-kira seperti itu suaranya, berdesis panjang, seram.

Sosok kedua sama persis dengan yang pertama, berjalan terus ketika melintas tepat di depan Yudar, beberapa belas detik kemudian menghilang juga dalam pandang, tertutup gelap rimba alam.

Nafas Yudar masih tertahan, tangannya beberapa kali mengusap wajahnya sendiri, menyeka air yang jatuh membasahi. Badannya terus gemetar, dikarenakan bercampur antara rasa takut, cemas, dan kedinginan.

Gak berlama-lama, tiba-tiba terdengar suara desis panjang sekali lagi, “Ssssssss..”

Sekali lagi nafas Yudar berhenti, untuk bernafas pun gak berani, sama sekali gak mau bersuara. Menantikan ada apa gerangan selanjutnya yang akan terjadi.

Namun kali ini ada yang berbeda, tiba-tiba angin mulai bertiup, dahan dan dedaunan dari hampir semua pohon jadi bergerak bergoyang diterpa udara bergerak. Bertahap, yang awalnya hanya bertiup pelan, lama kelamaan angin semakin kencang, sampai menimbulkan riuh suara dalam senyap.

Kilatan-kilatan petir masih sering muncul, dengan begitu Yudar bisa melihat kalau sekali lagi ada sesuatu yang sedang bergerak melayang dari kejauhan. Serpihan cahaya putih membuat mata Yudar bisa dengan jelas melihat pergerakan sosok menyeramkan itu dari sela-sela pepohonan.

Jubah panjangnya bergoyang tertiup angin, perlahan terus melayang dari arah kanan, menyusuri jalan setapak..

Nafas Yudar terus tertahan..

Sampai akhirnya sosok ini sudah berada persis di depan Yudar yang masih terus mengintip dalam diam.

Berbeda dengan dua sosok sebelumnya, yang satu ini mempunyai tubuh yang lebih besar, lebih tinggi, lebih menyeramkan..

Yudar mulai menangis pelan, rasa takut sampai di titik maksimal, Ketika melihat kalau sosok tinggi besar ini malah berhenti tepat di depan Yudar..!

Dia berhenti..

Diam, masih melayang..

Lalu perlahan kepalanya bergerak ke kiri, menoleh pelan ke arah pohon besar yang di belakangnya ada Yudar..

Sosok seram ini seperti menyadari akan keberadaan Yudar, dia menatap dalam gelap..

Gak tahu harus berbuat apa, Yudar malah tetap terus mengintip, beberapa saat lamanya mereka saling bertatapan..

Dalam remang gelap, akhirnya Yudar dapat melihat cukup jelas wajah dari mahluk menyeramkan ini, kilatan cahaya petir membantunya menatap garis wajah seram yang gak akan pernah dia lupakan.

Wajah kusam dan kelam, dua matanya menyala berwarna merah redup, memperhatikan..

“Ya, Tuhan, tolong aku..” Yudar menangis berdoa.

Sementara suara desis panjang masih terdengar..

“Sssssss…”

Gemuruh suara petir mengiringi rentang waktu mengerikan ini,

Membuat Yudar yang tadinya berdiri jadi jatuh terduduk, menunduk, gak lagi mampu untuk mengintip menyaksikan..

Yudar pasrah.

***

Telapak tangan mengeriput pucat, tubuh Yudar menggigil kedinginan, hujan terus turun mengguyur mambasahi badan.

Angin mendadak berhenti bertiup, tetiba hening sunyi di tengah  suara turun air yang masih bergemericik. Kilatan cahaya petir masih muncul sesekali.

Masih berposisi duduk, perlahan Yudar memberanikan diri untuk mengintip sekali lagi, melihat situasi.

Sepi, jalan setapak sudah kosong, mahluk seram itu sudah gak kelihatan lagi.

Yudar menghela nafas panjang, nafas yang tertahan sejak tadi.

Bangkit dari duduk, dengan sedikit keberanian Yudar mulai berjalan sambil menuntun sepeda, mendekat kembali ke jalan setapak.

Jalan tanah basah terlihat kosong sejauh mata mampu memandang, berbatas gelap dan rindang pepohonan. Yudar belum berani menaiki sepedanya, masih mendorong berjalan kaki sambil terus memperhatikan keadaan, sangat berhati-hati dalam melangkah, licinnya jalan membuatnya kawatir terpeleset lagi. Ditambah, dia gak mau kalau nanti harus bertemu lagi dengan tiga sosok menyeramkan itu, karena sepertinya mereka menuju arah yang sama, desa Sindang Hulu.

Ini jalur jalan pulang  yang Yudar sudah sangat hapal, banyaknya belokan tanjakan dan turunan sudah dihapal luar kepala, makanya Yudar tahu ketika sudah mulai mendekati batas desa.

“Tinggal dua belokan lagi, setelah itu sudah sampai batas desa.” Begitu pikir Yudar bergumam sendiri, merasakan sedikit kelegaan karena sebagian doanya sudah terkabul, di sisa perjalanan gak menemui peristiwa seram lagi.

Batas bagian timur desa Sindang hulu ditandai dengan adanya dua pohon jati yang sangat besar, masing-masing berdiri di kanan dan kiri jalan, terlihat seperti gapura. Menurut cerita turun temurun, pohon jati ini sudah ada sangat lama, memang sengaja ditanam sebagai penanda batas desa.

Walaupun dalam keadaan gelap malam, ditambah gerimis kecil yang masih terus turun, ternyata perhitungan Yudar tepat, beberapa puluh meter di depan sudah terlihat dua pohon jati, melihat itu Yudar langsung menaiki sepedanya lalu mengayuh cepat-cepat.

Yudar yakin kalau ini sudah mendekati tengah malam, ketika sudah melewati batas dan memasuki wilayah desa keadaannya sangat sepi, sama sekali gak terlihat ada penduduk yang wara-wiri, layaknya pemukiman mati.

Rumah Yudar letaknya di sisi desa sebelah barat, maka dari itu dia masih harus menyusuri jalan dari ujung ke ujung, melewati banyak rumah yang letaknya berjauhan satu sama lain.

“Rrrrrrrr, rrrrrr, rrrr..” Suara kayuhan sepeda Yudar terdengar sendirian memecah sunyi.

Gelap, sepi..

Gerimis hanya tinggal menyisakan rintik kecil..

Baru setengah bagian desa yang sudah terlalui, tinggal setengahnya lagi, makin bersemangat Yudar mengayuh, ingin rasanya cepat-cepat sampai rumah.

Peluh mengucur deras, membasahi tubuh dan pakaian yang belum juga kering karena kehujanan tadi. Sepoi angin bertiup dari arah berlawanan, menerpa wajah Yudar, dingin sekali rasanya.

“Sssssssssssssssss….”

Tiba-tiba, terdengar suara itu lagi..!

Degup jantung Yudar seperti berhenti tiba-tiba.

Yudar gak harus berpikir bertanya-tanya dari mana suara itu berasal, karena sudah sangat yakin kalau sumber suara berasal dari arah belakang..

Kalau memang dugaan Yudar benar, maka dia sedang diikuti oleh sosok meyeramkan itu.

Gak berani menoleh untuk memastikan, Yudar memilih untuk terus mengayuh sepedanya cepat-cepat, mencoba untuk menghindar jauh-jauh, berharap sosok-sosok yang sedang ada di belakang tertinggal menjauh. Tapi ternyata gak begitu kenyataannya, suara berdesis panjang malah terdengar makin jelas, menandakan kalau jaraknya makin dekat.

Entah apa yang ada di pikiran Yudar, ketika serta merta dia malah menoleh ke belakang, coba untuk memastikan, benarkah dia sedang ada yang mengikuti?

Ternyata benar, walau hanya beberapa detik melihat Yudar dapat memastikan kalau di belakangnya ada mahluk menyeramkan itu, bukan hanya satu, tapi ada dua sosok berbentuk bayangan hitam yang sedang bergerak melayang mengikuti pergerakan Yudar.

Yudar ketakutan, sambil menangis dia terus mengayuh sepedanya lebih cepat lagi.

Sementara suara desis panjang terus terusan terdengar, “Ssssssssssss..”

Sekali lagi Yudar menoleh, namun dua sosok itu masih terus mengikuti.

Gak terasa, Yudar sudah hampir sampai sampai di depan pemakaman umum, pemakaman besar yang biasa dipergunakan oleh penduduk dari tiga desa terdekat. Dari pemakaman ini, rumah Yudar berada gak jauh lagi.

Beberapa belas meter di depan, akan sampai gerbang masuk pemakaman, pemakaman gak berpagar, hanya beberapa tumbuhan setinggi pinggang yang menjadi batasnya.

Nah, ketika sudah mulai melintasi pemakaman inilah, sekali lagi Yudar melihat ada pemandangan aneh yang menyeramkan.

Memang, keadaan sudah sangat gelap gulita, tapi karena dibantu remang cahaya langit seadanya, Yudar dapat melihat ada “Aktivitas” di dalam area pemakaman. Sambil terus mengayuh, Yudar melihat ada beberapa sosok yang sedang berdiri melingkar seperti sedang mengelilingi sesuatu. Ada sekitar tujuh atau delapan sosok. Yudar gak bisa melihat dengan jelas, pandangannya hanya bisa menangkap sosok-sosok berbentuk siluet hitam.

Pemandangan seram itu semakin jelas kelihatan ketika Yudar sudah berada persis di depan gerbang pemakaman.

Saat itulah, ketika rasa takut bercampur dengan penasaran..

“Apa yang sedang mereka lakukan di pekuburan?” pertanyaan itu yang ada di kepala Yudar.

Terus mengayuh sepedanya, setelah gerbang pemakaman terlewati Yudar tiba-tiba memutuskan untuk menoleh ke belakang. Ternyata dua sosok menyeramkan yang sejak tadi mengikuti sudah gak lagi berada di belakangnya, namun mereka masih kelihatan bergerak melayang, tapi berbelok masuk ke area pemakaman.

Pada saat itulah Yudar memutuskan berhenti sebentar untuk memenuhi rasa penasaran. Pada ujung pemakaman, Yudar mengintip memperhatikan.

Banyak sosok seram itu ternyata sedang diam berdiri mengelilingi beberapa kuburan. Angin malam yang berhembus membuat suasana menjadi makin mencekam. Kilatan petir dari langit yang sebelumnya mulai menghilang, tiba-tiba muncul lagi, menjadikan pemakaman yang gelap gulita menjadi terang benderang selama sepersekian detik. Saat inilah Yudar dapat melihat pemandangan seram jadi lebih mengerikan lagi. Sosok-sosok menakutkan itu jadi sangat jelas terlihat bentuknya..! 

Gemuruh lagi-lagi muncul.

Gerimis yang tadinya sudah berhenti, perlahan rintiknya mulai turun lagi.

Sementara Yudar masih diam mengintip dari kejauhan.

Sungguh pemandangan yang sangat menyeramkan.

Hingga akhirnya, Yudar melihat ada satu sosok yang mulai bergerak meninggalkan tempatnya, bergerak melayang pelan pergi, menuju ke gerbang gapura pemakaman.

Melihat itu, Yudar langsung terkesiap tersadar, dia lalu langsung menaiki sepeda dan mengayuhnya cepat-cepat. Lagi-lagi kepanikan melanda.

Untungnya, rumah Yudar sudah dekat, hanya beberapa saat kemudian dia sudah berbelok masuk ke halaman rumahnya.

Membiarkan sepedanya tergeletak di teras, Yudar langsung mengetuk pintu. Gak lama, hanya beberapa detik kemudian pintu terbuka.

“Kamu dari mana aja Yudar, ini udah tengah malam, kamu baru pulang.”

Dari balik pintu, nenek Sarmi bilang begitu dengan raut wajah kekawatiran.

“Nanti aja ceritanya. Cepat tutup dan kunci pintunya, Nek.” Gemetar suara Yudar bilang begitu.

“Ya sudah, sana cuci badan dan kakimu dulu. Setelah itu langsung tidur.”

“Malam ini, aku tidur di kamar Nenek lagi, ya. Aku takut, Nek.” Ucap Yudar sebelum ke kamar mandi.

Nenek Sarmi mengiyakan.

Malam itu, Yudar belum berani menceritakan tentang peristiwa yang baru saja dia alami, karena ketakutan masih memenuhi isi ruang bathinnya.

Sementara, pada malam itu “Aktivitas” menyeramkan masih berlangsung di desa Sindang Hulu, sosok-sosok misterius seperti terus berkeliling ke seluruh penjuru, menjadikan suasananya menjadi makin mencekam, benar-benar seperti desa mati.

Ngeri..

***

Sekian episode malam ini ya, kita lanjut lagi minggu depan.

Cerita bersambung prekuel #rhdpk ini masih punya banyak sisi seram yang bisa diceritakan, semakin mengerikan.

Sampai jumpa minggu depan,

Tetap sehat, supaya bisa terus merinding bareng.

Salam,

~Brii~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *