Banyak dari kita yang secara sadar atau gak sadar pernah merasakan kengerian di tempat kerja, kengerian dengan bermacam bentuk. Bisa jadi, besok atau lusa, kita akan merasakan kengerian itu..Malam ini, salah satu teman akan menceritakan pengalaman seramnya di tempat dia bekerja, selepas jam kerja.
Simak ceritanya di sini, hanya di Briistory.
***
Hilir mudik beberapa pekerja kantoran di depan gedung ini seenggaknya bisa membuat aku tenang sedikit, setelah baru saja mengalami kejadian yang sungguh membuat shock.
Menyalakan rokok, lalu meghisapnya dalam-dalam, berikutnya kepulan asap tebal keluar dari mulutku, what a relieve, “Untung aja masih rame,” pikirku dalam hati.
Kantorku ini letaknya bukan yang di pusat perkantoran Jakarta seperti Sudirman Thamrin atau Kuningan, tapi masih tetap cukup ramai, yah namanya juga Jakarta. Gedung tempatku bekerja ini letaknya di bilangan Jalan Simatupang Jakarta Selatan, terhitungnya sih masih gedung baru kalau dibandingkan dengan gedung-gedung yang ada di sekitarnya, bentuk gedungnya juga cukup modern, bukan yang kaku seperti gedung lama pada umumnya, letaknya gak jauh dari Citoz lah.
Ini belum terlalu malam, masih jam setengah sepuluh, kenapa aku masih di kantor? Karena jobdesk-ku memang mengharuskan begitu. Aku sebagai Admin Marketing Support terpaksa kerja sampai malam kalau rekan-rekan marketing sedang ada event pameran di luar kantor, aku harus menunggu mereka untuk balik ke kantor dan melaporkan hasil penjualan hari itu. malah beberapa kali aku baru bisa pulang nyaris tengah malam.
Sama juga dengan malam ini, aku masih menunggu rekan marketing untuk pulang, katanya sih jam 10 mereka baru selesai pameran.
Iya, seperti yang aku bilang di awal tadi kalau aku keluar kantor ini ada alasannya, kurang lebih untuk menenangkan diri, menenangkan diri dari apa? Akan aku ceritakan semuanya dari awal.
***
Jangan lupa baca juga:
~kira-kira satu jam sebelumnya~
“Ah, paling tertiup angin”, aku pikir begitu.
Beberapa detik sebelumnya aku terkejut kaget ketika tiba-tiba pintu gudang bergeser terbuka sendiri, pintu itu letaknya di belkang mejaku tapi gak benar-benar persis dekat di belakang, jaraknya agak jauh sekitar 20 atau 25 meter, tapi suara pergeseran itu jelas kedengaran karena hanya tinggal ada aku saja di ruangan besar ini, pergerakan pintu yang terbuka secara perlahan.
Mendengar itu aku langsung menoleh ke belakang, mengarahkan pandangan ke asal suara, dan benar, pintu gudang terbuka. Awalnya aku terkesima, “Kok kebuka sendiri?, kan udah gak ada siapa-siapa,” itu pikirku dalam hati. Tapi memang, aku lihat pintu sudah terbuka setengah, dari situ terlihat isi gudang yang berisi perlengkapan dan filling cabinet, lampunya masih menyala terang.
Kok aku yakin sudah gak ada siapa-siapa? Ya memang sudah gak ada siapa-siapa, tinggal aku aja di ruangan ini, dan mungkin juga di lantai ini juga, tadi yang terakhir pamit pulang duluan adalah Ranti, setelah itu hanya tinggal aku sendiri.
Image by PublicDomainPictures from Pixabay
Masih jam setengah sembilan memang, belum terlalu malam, tapi sebagian lampu sudah dimatikan di beberapa ruangan yang memang sudah kosong yang gak ada orangnya lagi.
Gak ambil pusing, setelahnya aku lanjut menyelesaikan pekerjaan sambil menunggu rekan-rekan Marketing datang.
Karena kosongnya ruangan, suhu jadi terasa makin dingin.
“Buset, dingin amat,” gumamku.
Kepikiran untuk mengambil jaket yang tersimpan di lemari dekat pintu keluar, memang aku selalu menaruh jaket di situ. Awalnya yang masih bisa menahan suhu dingin, lama kelamaan akhirnya menyerah juga, “Ambil jaket ah,” pikirku dalam hati.
Lalu aku berjalan melangkah ke lemari besi dekat pintu.
Ruangan ini sangat senyap, yang terdengar hanya suara hembusan angin AC yang keluar mendinginkan ruangan, selebihnya gak ada, langkah kakiku pun gak kedengaran keras karena memang lantai berlapis karpet.
Sesampainya di lemari, aku langsung mengambil jaket dan memakainya. Perjalanan dari mejaku menuju lemari ini posisinya membelakangi gudang tadi, jadi ketika berjalan lagi hendak kembali menuju meja barulah aku bisa melihat gudang. Nah, ketika melihat gudang inilah aku melihat keanehan, ternyata kali ini lampunya mati, gudang jadi gelap gulita, aku gak bisa lagi melihat dalamnya.
“Kok tiba-tiba lampunya mati?, tadi perasaan nyala,” gumamku dalam hati.
Gak ambil pusing, aku lalu melanjutkan langkah menuju meja, coba untuk gak menghiraukan keanehan itu.
Sesampainya di meja, aku langsung lanjut bekerja.
Beberapa saat aku tenggelam dalam kesibukan menyelesaikan laporan, pikiran teralihkan dari keanehan yang baru saja terjadi.
Heningnya suasana makin membuat aku terus fokus bekerja.
Sampai ketika aku mendengar sesuatu..
“Ting..”
Terdengar suara pintu lift terbuka.
Ruanganku berada di lantai 15, pintu lift letaknya di depan, dekat dengan meja resepsionis, dari mejaku gak bisa melihat langsung pinti lift karena terhalang dinding, tapi karena pintu ruangan aku biarkan terbuka jadinya suara lift masih sangat jelas terdengar.
Mendengar suara lift itu aku jadi berhenti bekerja, memperhatikan siapa kira-kira yang keluar lift. Setelah bunyi “Ting” itu tentu saja setelahnya pintu lift terbuka, saking heningnya aku jadi bisa mendengar juga suara pergeseran pintu lift terbuka.
Pandangan terus tertuju ke pintu depan, memperhatikan, siapa-kira-kira penumpang lift yang turun di lantai ini.
Lima detik..
Sepuluh detik..
Lima belas detik..
Aku belum lihat ada pergerakan orang.
“Pak..?”
Memberanikan diri aku memanggil, siapa pun itu, berharap kalau itu adalah sekuriti gedung yang sedang berpatroli ke setiap lantai. Tapi gak ada jawaban, tetap hening..
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara pintu lift lagi, kali ini suara pergeseran pintu lift yang tertutup.
“Kosong? Gak ada yang keluar dari lift?” pikirku.
Ah ya sudah, mungkin memang lift-nya kosong.
Aku lalu melanjutkan pekerjaan..
Namun beberapa detik kemudian ada suara lagi..
Langkah kaki,
Gak seperti di dalam ruangan, lantai depan lift sekitaran meja resepsionis gak berlapis karpet, jadinya langkah kaki bersepatu akan terdengar lebih nyaring suaranya.
“Kenapa setelah pintu lift tertutup baru ada langkah kaki?” pikirku sambil terus memperhatikan.
Langkah kaki bersepatu itu kedengarannya makin lama makin dekat ke pintu ruangan, makanya aku terus memperhatikan, penasaran menunggu siapa gerangan sang pemilik langkah.
Lama aku menunggu, tapi gak ada satu orang pun yang kelihatan.
“Pak..?”
Sekali lagi aku coba memanggil, siapa pun itu.
Tapi tetap sama, gak ada jawaban.
Makin penasaran, akhirnya aku pelan-pelan berdiri dengan tujuan mencoba melihat lebih jelas lagi.
Yang membuat makin penasaran adalah, suara langkah kaki itu berhenti tepat di samping pintu, kira-kira selangkah lagi sampai pintu.
Ya sudah, aku lalu melangkah berniat mendekat ke pintu, benar-benar penasaran, siapa sih yang sedang berjalan ini.
Aku melangkah gak terlalu cepat karena penasaranku sudah mulai bercampur dengan pikiran aneh, khawatir ada keterkejutan nantinya.
Beberapa belas detik, atau mungkin dua puluhan detik kemudian aku akhirnya sampai di pintu.
Take a slow scan, pandangan kuarahkan ke setiap sudut ruangan, sekitaran lift, meja resepsionis, sampai ke pintu tangga darurat yang letaknya di ujung, aku perhatikan juga.
Gak ada siapa-siapa.
“Lalu? Itu suara langkah siapa?”
Tadi aku bilang, kalau suara langkah tadi berhenti di dekat pintu ruangan, sekarang aku sedang berdiri dekat dengan spot ini, hanya satu langkah saja di sebelah kiri. Jadi, kalau tadi benar-benar ada yang sedang berjalan melangkah, seharusnya sosoknya sedang berdiri di spot yang sedang aku perhatikan ini.
Tiba-tiba aku merinding, entah kenapa.
Seperti tersentak kaget, aku langsung balik badan untuk melangkah kembali ke meja kerja.
Langkah kali ini lebih cepat dari ketika aku berjalan menuju pintu tadi, aku takut, aku merasa ada yang aneh.
Tapi ketika kira-kira setengah perjalanan, aku menghentikan langkah, mendadak. Ada apa?
Aku mendengar sesuatu..
Ada suara lagi..
Tapi kali ini suaranya beda, gak sama dengan yang pertama tadi. Kalau suara pertama, terdengar di depan lift dekat meja resepsionis, suaranya jelas kedengaran karena lantainya gak berlapis karpet, suara yang kedua terdengar seperti langkah sepatu yang sedang melangkah di atas lantai berlapis karpet, “Dug, dug, dug,” kira-kira seperti itu. itulah yang membuat aku kaget dan berhenti berjalan tiba-tiba, karena langkah kaki ini terdengar berjalan di atas lantai berlapis karpet,
Ruangan aku lantainya berlapis karpet!
Berarti langkah ini berada di ruangan aku dong? Iya!
Kenapa aku yakin? Karena suaranya sangat dekat, hanya beberapa langkah di depanku..
Dug, dug, dug..
Terus kedengaran, ketika aku masih berdiri diam memperhatikan.
Benar, aku yakin kalau langkah ini berada persis di depanku! tapi sang empunya gak kelihatan, hanya suara langkahnya saja.
Ngeri, aku ketakutan, lemas tubuhku gak bisa bergerak.
Terpaku aku berdiri, menajamkan pendengaran, memperhatikan sambil mengira-ngira sedang di posisi mana langkah kaki itu berada.
Suara langkah terus mejauh, suaranya makin mengecil namun masih kedengaran.
Ingat dengan gudang yang letaknya di belakang? Yang pintunya terbuka dan lampunya mati?, ternyata langkah kaki ini menuju ke sana, ke gudang itu, aku yakin karena terus memperhatikan dengan seksama.
Benar kan, langkahnya ke gudang, karena menghilang ketika sepertinya sudah sampai dan masuk ke dalamnya.
Aku langsung berlari kecil ke meja kerja, berencana untuk beberes saja dan pergi ke luar ruangan, luar gedung sekalian.
Cepat-cepat aku membereskan barang-barang ketika sampai meja, supaya bisa langsung pergi.
Tapi ternyata gak semudah itu, aku gak dibiarkan untuk pergi.
Karena tiba-tiba aku mendengar suara langkah lagi..
Kali ini suaranya adalah langkah yang bergerak di atas lantai berkarpet, iya, suara langkah ini berada di dalam ruangan aku.
Dan yang lebih membuat jantung seperti berhenti berdegup, aku mendengar kalau ternyata suara langkah kali ini gak hanya satu seperti sebelumnya, kali ini seperti ada beberapa orang yang sedang melangkah berjalan berbarengan, beriringan, bersamaan.
Langkahnya gak terlalu cepat.
Setelah aku perhatikan, ternyata suaranya berasal dari belakang, dari gudang.
Aku ketakutan, gak berani menoleh ke belakang, tapi gak berani juga untuk bergerak pergi ke luar seperti yang sudah direncanakan, aku hanya terpaku duduk diam.
Dug, dug, dug dug..
Suara banyak langkah ini terus terdengar, makin jelas dan makin jelas, menandakan kalau “mereka” sedang bergerak mendekat menuju ke tempat di mana aku berada!
Ketika sudah makin dekat, dan aku merasa kalau “Mereka” sudah berada persis di belakang, aku perlahan menoleh..
Beberapa detik berikutnya, akhirnya aku bisa melihat semuanya, melihat sang pemilik langkah-langkah itu.
Enam atau tujuh sosok berbentuk manusia.
Iya, berbentuk manusia, tapi manusia yang bentuknya terlihat seperti bayangan hitam pekat. Berjalan beriringan dari arah gudang.
“Mereka”berjalan gak cepat tapi gak lambat juga.
Terus melangkah dengan pasti.
Sementara aku diam sambil terus memperhatikan, ketakutan. “Makhluk apakah ini?”
Mereka terus berjalan, yang akhirnya berada melintas persis di samping meja kerjaku.
Iya, di titik ini aku bisa melihat mereka dengan jelas, sosok-sosok bayangan hitam tanpa wajah. Sangat mengerikan.
Pada momen ini, waktu terasa berjalan sangat lambat.
Sementara suara langkahnya terus kedengaran.
Mereka semua terus berjalan,
Setelah sudah melewati aku, mereka terlihat bergerak menuju pintu keluar..
Gak lama, beberapa belas detik kemudian mereka sudah sampai di pintu keluar. Nah, di pintu ini mereka berhenti sebentar.
Di pintu keluar ruangan aku, di tempat sosok-sosok seram ini sedang berhenti, beberapa meter di depannya ada dinding berpintu kaca menuju ruangan lain di seberang, pintu kaca ini dalam keadaan tertutup.
Gak lama, mereka hanya berhenti sebentar sebelum kemudian bergerak lagi. Bergerak ke mana? Ternyata menuju dinding berpintu kaca di seberang itu.
Mereka terus bergerak, sampai akhirnya aku melihat sesuatu menyeramkan berikutnya..
Sosok-sosok seram itu bergerak masuk ke ruangan depan dengan menembus pintu kaca, pintu yang masih dalam keadaan tertutup. Iya, mereka semua berjalan menembus pintu.
Aku terpana ketakutan, diam, gak tahu harus berbuat apa.
Sampai akhirnya aku tersadar, lalu berdiri dan bergerak cepat lari menuju lift, aku harus pergi dari sini.
***
Hai, balik lagi ke gw, Brii.
Begitulah sekelumit cerita dari banyak kisah yang mungkin bisa kita alami di tempat kerja, selepas jam kerja.
Bukan mau menakuti, tapi bisa aja berikutnya kita yang merasakan pengalaman kayak gitu.
Tetap jaga kesehatan dan perasaan, supaya bisa terus merinding bareng.
Sampai jumpa minggu depan,
Salam,
~Brii~